Keinginanku
seperti sebuah ukiran debu. Aku ingin terlahir ditahun 1980-an, tapi tak
mungkin. Takdirku terlahir di tahun 1990-an. Aku tak akan menyalahkan Tuhan,
orang tua, atau siapapun itu, karena ini sudah menjadi takdirku.
Aku
menginginkan hal itu karena ingin bertemu mendiang kakekku. Mungkin sebuah
impian yang sangat sederhana bagi semua orang. Itu adalah sebuah mimpiku dari kecil, untuk
dapat bertemu dan mengetahui wajahnya.
Disaat
usia ku 3bulan kakekku kembali pada Tuhan. Keinginan dan hayalanku terus saja
terniang hingga usiaku 16 tahun. Keluargaku sering menceritakan kebaikan dan
sikap terpujinya. Bahagia mendengar cerita tentang kakekku, tapi lebih banyak
kesedihan yang terpendam.
Sebuah
kalimat dari kakek, yang terus diingat dan mejadi pedoman anak-cucunya adalah AGAMA TANPA ILMU HAMPA, ILMU TANPA AGAMA
LIAR . sebuah kalimat sederhana
tapi sangat bermakna, aku bangga memiliki kakek seperti itu, dan semakin
membuatku ingin bertemu kakek.
Didunia
hanya sebentar aku mengenalnya, apakah di akhirat aku dapat bertemu dan dapat
melihat wajahnya ? Rasanya tak mungkin, terlalu banyak dosa yang ku miliki,
sedangkan kakekku, terlalu banyak pahala yang beliau bawa.